KECAMATAN PULAU TIGA BELAHAN DARI PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Kepulauan Riau adalah sebuah provinsi di Indonesia. Provinsi Kepulauan Riau berbatasan dengan Vietnam dan
Kamboja di sebelah utara; negara Malaysia dan Provinsi Kalimantan Barat di timur; Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
dan Jambi di selatan; Negara Singapura, Malaysia, dan Provinsi Riau di sebelah barat.
Secara keseluruhan Wilayah Kepulauan Riau terdiri dari 4 Kabupaten dan 2 Kota, 47 Kecamatan serta 274
Kelurahan/Desa dengan jumlah 2.408 pulau besar dan kecil dimana 30% belum bernama dan berpenduduk. Adapun
luas wilayahnya sebesar 252.601 Km2, di mana sekitar 95% - nya merupakan lautan dan hanya sekitar 5% merupakan
wilayah darat.Sejarah
Provinsi Kepulauan Riau merupakan provinsi baru hasil pemekaran dari provinsi Riau. Provinsi Kepulauan Riau
terbentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 25 tahun 2002 merupakan Provinsi ke-32 di Indonesia yang mencakup
Kota Tanjungpinang, Kota Batam, Kabupaten Bintan, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, dan Kabupaten
LinggaKondisi Geografis
Secara geografis Provinsi Kepulauan Riau berbatasan dengan negara tetangga yaitu Singapura, Malaysia, dan Vietnam
yang memiliki luas wilayah 251,810,71 km dengan 96 persennya adalah perairan dengan 1350 pulau besar dan kecil
telah menunjukkan kemajuan dalam penyelenggaraan kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan.
Ibukota Provinsi Kepulauan Riau berkedudukan di Tanjung Pinang. Provinsi ini terletak pada jalur lalu lintas transportasi
laut dan udara yang strategis dan terpadat pada tingkat internasional, serta pada bibir pasar dunia yang memiliki
peluang pasar.
Sumber Daya Alam
Potensi sumber daya alam mineral dan energi yang relatif cukup besar dan bervariasi baik berupa bahan galian A
(strategis), bahan galian B (vital) maupun bahan galian golongan C yang dapat dilihat sebagai berikut:
1. Minyak Bumi, Natuna
2. Gas Alam, Natuna,
3. Timah, Karimun, Lingga
4. Bauksit, Bintan, Karimun, Lingga, T. Pinang
5. Pasir Besi Lingga Natuna
6. Zircon Lingga -
7. Antimon Natuna -
8. Granit Karimun, Bintan, Natuna, Lingga 4.204.840
9. Pasir Darat Karimun, Lingga, Bintan 16.800.000 m³
10. Pasir Laut Karimun, Bintan - 7.164.348.267 ton
11. Kuarsa Karimun, Natuna, Lingga 84.930.000 m³
12. Granulit Natuna -
13. Diorit Natuna, Lingga 882.000.000
14. Andesit Natuna, Karimun 20.000.000 m³
15. Rijang Natuna 78.013.300.931 m³
16. Feldspar Lingga -
17. Kaolin Lingga -
18. Batu setengah permata Lingga -
19. Hornfels Natuna 43.240.000 m³
20. Batuan Ultrafamic Natuna 36.555.921.955 m³
Sektor Kelautan
Sebagai Provinsi Kepulauan, wilayah ini terdiri atas 96 % lautan. Kondisi ini sangat mendukung bagi pengembangan
usaha budidaya perikanan mulai usahapembenihan sampai pemanfaatan teknologi budidaya maupun penangkapan. Di
Kabupaten Karimun terdapat budidaya Ikan kakap, budidaya rumput laut, kerambah jaring apung. Kota Batam,
Kabupaten Bintan, Lingga dan Natuna juga memiliki potensi yang cukup besar dibidang perikanan. Selain perikanan
tangkap di keempat Kabupaten tersebut, juga dikembangkan budidaya perikanan air laut dan air tawar. Di kota Batam
tepatnya di Pulau Setoko, bahkan terdapat pusat pembenihan ikan kerapu yang mampu menghasilkan lebih dari 1 juta
benih setahunnya.
Sektor Peternakan
Potensi di bidang peternakan difokuskan pada ternak itik, ternak sapi, ternak ayam dan ternak kambing yang umumnya
masih dilaksanakan oleh peternakan kecil.
Sektor Pertanian
Kedutaan Besar Republik Indonesia - Den Haag
http://www.id.indonesia.nl Menggunakan Joomla! Generated: 29 April, 2011, 06:18
Hampir diseluruh wilayah Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau berpotensi untuk diolah menjadi lahan pertanian
dan peternakan mengingat tanahnya subur. Sektor pertanian merupakan sektor yang strategis terutama di Kabupaten
Bintan, Kabupaten Karimun, dan Kota Batam. Disamping palawija dan holtikultura, tanaman lain seperti kelapa, kopi,
gambir, nenas, cengkeh sangat baik untuk dikembangkan. Demikian juga di Kabupaten Kepulauan Riau dan Lingga
sangat cocok untuk ditanami buah-buahan dan sayuran. Di beberapa pulau sangat cocok untuk perkebunan kelapa
sawit.Sektor Pariwisata
Provinsi Kepulauan Riau merupakan gerbang wisata dari mancanegara kedua setelah Pulau Bali. Jumlah wisatawan
asing yang datang berkunjung mencapai 1,5 juta orang pada tahun 2005. Objek wisata di Provinsi Kepulauan Riau
antara lain adalah wisata pantai yang terletak di berbagai kabupaten dan kota. Pantai Melur, Pulau Abang dan Pantai
Nongsa di kota Batam, Pantai Belawan di Kabupaten Karimun, Pantai Lagoi, Pantai Tanjung Berakit, Pantai Trikora, dan
Bintan Leisure Park di kabupaten Bintan. Kabupaten Natuna terkenal dengan wisata baharinya seperti snorkeling.
Selain wisata pantai dan bahari, provinsi Kepulauan Riau juga memiliki objek wisata lainnya seperti cagar budaya,
makam-makam bersejarah, tarian-tarian tradisional serta event-event khas daerah. Di kota Tanjungpinang terdapat
pulau Penyengat sebagai pulau bersejarah karena di pulau ini terdapat masjid bersejarah dan makam-makam Raja Haji
Fisabililah dan Raja Ali Haji yang kedua-duanya adalah pahlawan nasional.Musik
Musik Melayu Kepulauan Riau dan musik yang berkembang oleh masyarakat Kepulauan Riau mencakup Musik melayu
dalam bentuk Langgam atau Senandung, Musik Joget, Musik Zapin, Musik Silat, Musik Inang, Musik Ghazal, Musik
Boria, Musik Mak Yong, Musik Mendu, Musik Lang-lang Buana, Musik Bangsawan, Musik Barongsai, Musik Gamelan
yang dulunya berkembang istana Daik Lingga dengan sebutan Musik Tari Joget Lingga, Musik Randai, Musik Dul Muluk,
Musik Tari Inai, Musik Kompang, Musik Berdah, Musik Rebana, Musik Kasidah, Musik Nobat yang bisa digunakan pada
acara ritual kerajaan di Riau Lingga, Musik Boria, Musik Kuna kepang, Musik Wayang cecak, Musik Randai, Musik
Angklung, Musik Manora, Musik Keroncong, Musik Dangdut, Musik Pop, Musik Gondang dari batang, Musik agogo, dan
lainnya.
Tarian
Tari melayu di Kepulauan Riau yang berkembang di kabupaten dan kota antara lain : Tari Zapin, Tari Joget Dangong,
Tari Jogi, Tari Melemang, Tari Makyong, Tari Mendu, Tari Inai, Tari Dayung sampan, Tari Topeng, Tari lang-Lang
Buana, Tari Alu, Tari Ayam Sudur, Tari Boria, Tari Zikir Barat, Tari Rokana, Tari Joget lambak, Tari Damnah,Tari Semah
Kajang,Tari Dendang Dangkong, Tari Sirih Lelat, Tari Tebus Kipas, Tari Sekapur Sirih, Tari Engku Puteri, Tari Mustika
Kencana, Tari Marhaban, Tari menjunjung duli, Tari Tandak Pengasih, Tari Ikan Kekek, Tari Tarek Rawai, Tari Pasang
rokok, Tari Masri, Tari Betabik, Tari Lenggang cecak, Tari Laksemane Bentan, Joget Bebtan, Tari Joget Kak Long dari
Moro, Tari Joget Mak Dare,Tari Joget Makcik normah di pulau Panjang Batam.
Kedutaan Besar Republik Indonesia - Den Haag

CERITA LEGENDA : ASAL MULA PULAU LAU

SEJARAH MENDU BERASAL DARI PULAU LAUT

Sejarah hikayat Dewa Mendu berawal dari Pulau Laut yang dimainkan dan dikembangkan oleh Orang Kaya Maddun. Karena kedudukan Orang kaya sangat kuat di Pulau Laut saat itu, maka permainan ini sangat cepat berkembang keseluruh pesisir pantai.
Permainan ini pada saat itu menggunakan syeh-syeh orang kayangan, dimana syeh-syeh tersebut dibangkitkan atau dipanggil oleh orang Kaya Maddun sebagai seorang bangsawan. Karena bermain dengan syeh atau orang halus maka orang-orang itu atau masyarakat sangat tertarik melihat dan mendengar alat musik dan nyanyian mendu tersebut. Sehingga mereka sanggup datang dari jauh, bahkan tidak pulang bila permainan belum selesai, walaupun permainan sampai larut malam dalam satu episode.Permainan Mendu sebenarnya di Mainkan oleh orang-orang banyak yaitu  berkisar 40 orang termasuk pemain musiknya berjumlah 5 orang dengan personil laki-laki semua. Sedangkan permainannya memakan waktu 7 malam. Dengan di buatkan panggung sederhana dari atap daun sagu dan batasan kiri dan kanannya terbuat dari daun kelapa, bunga daun gading dan daun pinang. Kesemuanya di hias di sekitar tempat bermain. Anyaman ketupat digantung pada setiap tempat. terutama tempat duduk Dewa Mendu berlandun memberi titah dan sebagainya.
Ketika zaman Hindia Belanda masih berkuasa, kesenian Mendu sering di pentaskan dan di pertandingkan antara Mendu Siantan, Mendu Bunguran (Natuna) , Mendu Tebang Ladan dan Mendu Jemaja yang di pusatkan di Tarempa ( Ibukota Kabupaten Anambas). Pada saat ini kesenian mendu terancam punah karena karena kesadaran generasi muda melestarikan budaya tersebut juga kian memudar, seiring maju dan berkembang peradaban serta teknologi. Hal ini terlihat dengan minimnya pertunjukan yang mempertontonkan Mendu. Selain itu kesenian Mendu juga pementasannya semakin berkurang, membuat orang Melayu sendiri pun kurang mengenalnya.
Cerita Mendu menurut yang tertulis dalam kamus WJS. Poerwadinata edisi tahun 1976 adalah semacam sandiwara yang mengisahkan tentang raja-raja di sebuah kerajaan Antapura, Langkadura dan Astasina. Teater tradisonal Mendu ini yang pemainnya dimainkan pada malam hari.

SEJARAH PULAU SABANG MAWANG-SETANAU





















Desa Sabang Mawang adalah nama dari pulau Sabang Mawang yang penduduknya dengan kampung-kampung yang berpisah-pisah,dulu pulau Sabang Mawang dikenal dengan Pulau Balai, bagi kehidupan orang terdahulu dan pulau Sabang Mawang atau Balai di mana dalam peta Nasional atau peta Internasional dikenal dengan nama pulau Lagong,asal penduduk dipulau tersebut adalah penduduk yang pindah dari kepulauan Natua Besar atau pulau bunguran.Dimana tempat yang pertama kali yang di tuju atau di tempatkan adalah di Tanjung umak sungai setebak,dengan pesatnya perpindahan pertama pada waktu itu dan atas ajakan masyarakat yang telah ada maka bayaklah yang pindah di pulau tersebut.Maka terdiri kampung- kampung yang tersebut dibawah ini :
1. Kampug Balai







2. Kampung Sebang Mawang





3. Kampung tanjung Batang





4. kampung Serantas

















Prihal dari pindahnya Penduduk tersebut karena di pulau Bunguran Besar tidak bisa untuk bercocok tanam karena banyak musuh tentang tanaman tersebut,seperti babi hutan , nango ( Babi Kecil Bergerombol dengan 2 induk sebesar sapi ), Kancil dan lain-lain,maka berpindahlah sebagian penduduk tersebut ke Pulau Balai untuk lokasi pertanian yang aman dari musuh-musuh tanaman tersebut. 
Menurut cerita ternyata pulau balai tersebut juga banyak babi tapi tidak membingungkan penduduk pada waktu itu untuk bercocok tanam karena dari cerita mulut ke mulut ada yang pandai memindahkan babi tersebut kepulau bunguran besar.











Terjadinya Nama Balai dari cerita yang ada karena kampung tersebut tempat persinggahan orang dari pulau satu ke pulau yang lain.Istilah kata orang dulu mengartikan tempat persinggahan tersebut denga bahasa daerah tempat orang berjulai,dengan perobahan nama kampung tersebut hasil dari musyawarah terjadilah nama kampung itu Balai.











Dalam setruktur Pemerintahan  waktu itu masih dalam lingkungan RT dengan gelar Pak Ketue,dimana wilayah kampung balai dengan kampung sebang Mawang dan Tanjung Umak ( Setebak ) masih dipimpin satu wilayah RT dalam roda Pemerintahan Kecamatan Bunguran Barat.  
Kepulauan Sabang Mawang didampingi oleh dua pulau besar lain lagi yaitu pulau tanjung kumbik dan pulau sededap,dari Penduduk yang lain mengatakan dengan sebutan pulau tiga.











Setelah lepas dari penjajahan jepang, pada waktu  masuk penjajahan jepang  ke wilayah pulau tiga bermarkas di kampung balai dan serantas dengan pusat pemerintahannya di serantas,dengan peninggalan sejarah dengan nama lubang hantu terletak di kampung serantas yang di gunakan orang jepang untuk menyiksa masyarakat yang menentang atau melawan pemerintahan jepang tersebut.Dengan berakhirnya penjajahan jepang dan indonesia telah merdeka maka penduduk pulau tiga dengan perpindahan penduduk dari pulau begitu pesatnya di ketiga pulau dan bergabung dengan penduduk yang ada.











Dengan perkembangan penduduk tersebut maka pemerintah mulai menjalankan roda pemerintahan maka pulau tiga yaitu pulau Sabang mawang ,tanjung Kumbik dan Sededap di bentuk dalam satu Pemerintahan Desa dengan kecamatan Bunguran Barat terletak di pulau Sedanau pada tahun 1946.Pada waktu itu pemimpin desa tersebut di beri nama dengan julukan Amil bukan sebutan peghulu atau Kepala Desa,Orang yang pertama yang diangkat oleh masyarakat bernama Bapak Lung bertempat tinggal di sededap.Beberapa tahun kemudian setelah setabilnya pemerintahan indonesia ,karena Sededap belum begitu ramai penduduknya dimana penduk yang ramai terletak di Tanjung Umak Setibik,maka Bapak Lung pindah ke Tanjung Umak tempat tinggal di Setebik.











Untuk menjalankan pemerintahanya dari pemerintah mengadakan peraturan Nama Amil diganti menjadi Penghulu, maka terjadilah sebutan Nama Penghulu Lung.Setelah Penghulu Lung habis jabatanya maka jabatan penghulu Lung di Ganti oleh H.Arifin yang bertempat tinggal di pancur kampung Balai untuk memimpin Masyarakat wilayah Pulau Tiga.Setelah H.Arifin habis jabatanya maka penghulu di angkat ole Masyarakat yaitu H.Jamaludin anak H.Arifin bertempat tinggal di Balai.Dan setelah habis jabatan H.Jamaludin maka di gantilah oleh Masyarakat pulau tiga Penghulu bernama Dahlan anak H.Jamaludin.Dengan adanya roda Pemerintahan yang stabil untk menumbuh kembangkan Pembangunan maka pemerintah mengadakan pemekaran Desa pada Tahun 1980.











Dengan hal tersebut dari tokoh masyarakat Kampung Balai  mengajukan usulan Pemekaran Desa dan di setujui Kecamatan Bunguran Barat,dengan pemekaran tersebut Kampung Balai Pulau Sabag mawang terlepas dari pemerintahan pulau Tiga ,membentuk pemerintahan desa sendiri dengan nama desa sabang mawang yang di pimpin Penghulu Abdul Muin atau dikenal dengan julukan Bujang Tinggal bertempat tinggal di Tanjung Batang dan Pusat Pemerintahanya di Tanjung Batang.setelah jabatan penghulu Abdul Muin habis maka diadakan pemilihan penghulu baru maka terpilihlah M.Arfandi Yahya bertempat tinggal di Balai dan b dengan pusat pemerintahan di Balai.











Pusat pemerintahan Desa Sabang mawang Setelah masa jabatan Arfandi Yahya Selesai pada tahun 1998 maka diadakan pemilihan kepala desa yang baru maka terpilhlah M.Isa selaku kepala desa yang bertempat tinggal di Tanjung Batang,namun pusat Pemerintahan atau kantor desanya tetap di balai.Setelah Terpilihnya M.Isya dan dengan diadakan perobahan UU dari Pemerintah Pusat maka dari Nama Penghulu di ganti dengan nama Kepala Desa
Pada Saat roda pemerintahan yang dipimpin oleh M.Isa Pada tahu 2005/2006 terjadilah pemekaran Desa Pulau Sabang Menjadi 4 Desa ,dengan Desa Pemekaran baru yaitu :











1. Dusun Tanjung Batang menjadi Desa Tanjung Batang


2. Dusun Serantas Menjadi Desa Serantas



3. Dusun sabang Mawang Menjadi Desa Sabang Mawang Barat













Setelah habisnya masa jabatan M.Isya selaku kepala Desa sabang mawang sebagai Desa Induk dari pemekaran 3 Desa tersebut diatas maka diadakan pemilihan kepala desa yang baru pada tahun 2007,maka terpilihlah Hambalai Ady  selaku kepala Desa sabang Mawang Balai ( Desa Induk ) sampai saat sekarang ini.

SETANAU ADALAH PULAU WISATA

CERITA RAKYAT" SAKLIAH DAN SAKLIU

Pada zaman dahulu,tinggalah sakliah sakliu bersama neneknya di kampung ke tinggik.Pulau Sedanau.Mereka juga memelihara sepasang kucing,yang jantan di panggil selotong,yang betina di panggil si manis.
Kampung ketinggik penduduknya belum ramai,Jarak dari rumah-kerumah lainnya amat kejauhan,tidak terdengar suara panggil memanggil,apalagi antara satu kampung dengan kampung lainya.Jambatan untuk melintas Cuma terdiri atas titian kayu sebatang belaka.Maka dari itu begitu matahari tenggelam,Sakliah dan sakliu sudah berada di rumah,Tidak boleh bermain di halaman rumah.
Selesai waktu mangrib,cepat-cepat mereka makan malam,mengajipun di cepatkan waktunya,setelah selesai mengaji lekas-lekas mereka berdua di suruh tidur.Sakliah,............Sakliu,............cepatlah tidur kata nenek.sambil duduk mengayam tikar pandan,maklum sajalah,pada musim dingin seperti saat sekarang ini.perompak lanun berkeliaran di sekitar pulau tempat tinggal kita ini.Kalau dia mendengaar suara budak-budak kecil,lanun-lanun itu,akan datang menculiknya.Nah,kalau akan terjadi pada siapa kita minta tolong? Ilih.......ngeriii “Sakliah menempelkan telunjuk di bibirnya kemudian menarik kain selimut ke tubuhnya.
Tatkala Sakliah dan Sakliuh tertidur pulas,menjelang tegah malam,tiba-tiba dari arah laut kedengaran bunyi.Kelas dayung tengah di kayuhkan orang.Kriuut.......krait,........kriuut........krait.......,”makin lama semakin dekat ke pantai  ke tinggik,kriuut........krait.......kriuut.......krait........suaranya sangat menyaramkan,hingga berdiri bulu roma.Tubuh nenek Sakliah dan Sakliuh gemetar ketakutan.Beliau gugup dan terbata-bata,”ya Allah,matilah kami tiga bercucu malam ini.Namun,tiba-tiba bangkitlah semangat perempuan baalu ini.Ah......jodoh pertemuan,pintu rezeki dan tanah sebaris itu terletak di tangan takdir.
Tak lama kemudian,tibalah perompak lanun dari sulu itu,ke depan rumah nenek Sakliah dan Sakliuh di kampung ketinggik belau berjingkat-jingkat menuju pintu dan mengintip dari celah dinding.Kelihatan ada lima orang peropak lanun tegak di kaki tangga amat ganas tampangnya.Tubuhnya rimpun tegak,muka di penuhi cambang dan berjanggut lebat sekali.Hai.......orang rumah,buka pintu”perintah kepala perampok”buka pintu! Ya Allah.......nenek itu berjingkat-jingkat mendekati kedua cucunya sambil berpikir-pikir.Ehm.......akalnya pun terbit.Bangun........bangun....Ada lanun.......jangan tidur terus.lawan mereka! Teriak nenek dari dalam rumah.Nenek itu menguatkan semangatnya,lalu bercakap keras-keras.
Sakliah......Sakliuh.......selontong dua laki bini,........kau......aku.......kita,tiga bercucu.Ayo.......bangun ada perompak lawan!”wah! Ramai orangnya di rumah ini ya?.......kata kepala perompak berbaris dengan anak buahnya.Coba kita hitung. Ya.....”sahut anak buah lanun bercambang lebat.Satu......Sakliah,Dua........Sakliu Tiga.......Selotong,Empat.........lima.......dua laki, Enam........bini,Tujuh kau.Delapan............aku,sembilan.........kita,Sepuluh........sebelas.....dua belas.....tiga bercucu,katanya menghitung-hitung. Wah.......banyak mereka,selisih kita Cuma lima, “Kata kepala perompak ia mulai gugup dan memerintahkan untuk segera lari  lari.........cabut.........mereka segera lari tunggang langgang menuju perahunya sambil berucap dalam bahasa sulu.Ho,hak.......kabilak ampok.Ho........hak kabilak ampok.
Mereka terus mendayung menjauhi kampung ketinggik.Bunyi kalas dayung perompak lanun sayup-sayup masih terdengger.”Keriuut........kerait,keriuut........kerait.
Lama kelamaan suara itu menghilang.Sejak itu,mereka pun tak pernah datang ke
pulau Sedanau.